• Home
  • About
  • Contact
    • Category
    • Category
    • Category
  • Shop
  • Advertise
facebook twitter instagram Youtube

TAKATIL TEAM BLOG

~Bab 5~

Cemburu

 


Untuk beberapa saat aku terdiam terpaku dengan posisi itu. Mas Danang segera mengurai pelukanku dan bangkit berdiri. Aku salah tingkah dibuatnya, dadaku berdegup kencang, ada perasaan tidak biasa tiba-tiba menyelinap di dalam sana. Ini bukan perasaan seorang adik pada kakaknya tapi seperti perasaan wanita pada lawan jenisnya.

 

Mas Danang menatapku, "Kenapa kamu memelukku seperti itu?" tanya mas Danang pelan.

 

"A-a-aku hanya ingin melihat nama pena mas Danang," ucapku perlahan hampir tidak terdengar.

 

Mas Danang menarik napas dalam-dalam, "Ayo kita keluar!"

 

Mas Danang berlalu melewati diriku dan keluar dari kamarnya tanpa menungguku.

 

 Aku salah tingkah dibuatnya, "Bodoh, bodoh!" Aku mengutuk diri sendiri sambil memukul pelan kepalaku. Dengan enggan aku keluar dari kamar mas Danang dan mengikutinya.

 

Waktu memang sudah lepas isya, sudah jam sembilan malam, ayah dan ibu juga sudah masuk ke kamarnya. Aku mengikutinya mas Danang pergi ke balkon di depan kamar kami. Kamar kami berdua sama-sama di lantai dua dan di pisahkan oleh kamar mandi, sedang kamar ayah dan ibu ada di lantai bawah.

 

Mas Danang duduk di kursi yang tersedia disana, aku mengikutinya duduk agak jauh dari.

 

"Kenapa mencariku?" tanya mas Danang

 

"Diana penasaran sama mas Danang, mas Danang tidak pernah keluar kamar sekarang," ucapku pelan

 

"Mas sibuk bekerja, biar bisa beli rumah sesuai keinginanmu makanya mas Danang tidak keluar-keluar kamar."

 

Untuk Melanjukan Ceritanya Silahkan Klik Link ata Lihat Video di bawah ini..  👇👇

https://youtu.be/NqMEUAeIb5k


 

Share
Tweet
Pin
Share
7 comments

~Bab 4~

Tantangan



Mas Danang terlihat kebingungan dengan sikapku, tapi dia tetap tidak membalas pelukanku ataupun berusaha untuk menenangkan.

"Ada apa?" dia bertanya.

"Mas Dion mau menodaiku," jawabku sambil terisak.

"Apa! mana orangnya. Akan aku hajar dia," ucapnya sambil hendak pergi ke rumah mas Dion.

"Aku sudah menghajarnya mas, makanya aku bisa lari." Aku menjelaskan. "Aku hanya butuh pelukan untuk menenangkan diriku."

Mas Danang menarikku dalam pelukannya, ada rasa nyaman dalam diriku saat mas Danang memelukku dengan erat. Kami memang tidak pernah bersentuhan fisik, mas Danang selalu menolaknya dengan alasan tidak boleh.

"Ehemm..." mas Danang berdehem dan mengurangi pelukannya. "Ayo kita pulang," ucapnya lagi.

Kami masuk kedalam mobil dan mas Danang melajukan mobilnya dalam diam.

"Jangan bilang sama ayah tentang kejadian ini ya mas, "pintaku memecah kesunyian.

"Aku tidak bisa janji," ucapnya datar.

"Ayah akan marah mas," sahutku memelas.

"Kamu yang mulai dan terimalah resikonya." ucapnya enteng. "Sudah aku bilang kan kalau ide kamu ini tidak akan membuahkan hasil yang bagus. Tapi kamu tetap saja memaksakan kehendak!" Dia melanjutkan omelannya.

Aku hanya diam tidak menjawab, binggung juga mau membantah apa. Karena emang nyatanya kejadian ini terjadi.


Silahkan klik link atau lihat video di bawah ini untuk melanjutkan ceritanya....👇👇

https://youtu.be/UvJvXXZ3eAc



Share
Tweet
Pin
Share
No comments

~Bab 3~

Ta'aruf VS Pacaran



Hari ini hari pertama melaksanakan kesepakatan kami, mas Danang memberiku kertas yang harus aku isi, mirip-mirip CV untuk melamar kerja di kantor gitu deh. Tapi ini isinya lebih banyak.

Selain ada profil diri ada juga profil keluarga, aktivitas sehari-hari, visi dan misi, kriteria calon pasangan, rencana setelah menikah dan lain lain.

Aku mengisinya sesuai arahan mas Danang, sebenarnya aku malas sih. Mau cari suami aja lebih susah daripada cari pekerjaan. Tapi demi tidak menikah dengannya aku mengikuti kemauannya.

Setelah melakukan itu, aku di suruh menunggunya. Katanya data itu mau dikasih ke ustadz dia, dan nanti akan di carikan laki-laki yang juga mau ta'aruf. Tukar menukar data dirilah istilah gampangnya.

Setelah menunggu agak lama akhirnya aku mendapatkan data laki-laki yang ingin ta'aruf denganku. Aku baca-baca data dirinya, di bagian rencana setelah menikah dia menuliskan ingin istrinya tinggal dirumah dan menjaga anak-anak.

"Aku gak mau sama yang ini," ucapku pada mas Danang.

"Gak mau gimana? kan belum coba ketemu?" Mas Danang bertanya.

"Ini dia bilang mau istri yang tinggal dirumah dan menjaga anak-anak. Aku mau jadi wanita karir," jawabku.

"Kan bisa dibicarakan Di, jangan ujug-ujug bilang gak mau aja," mas Danang membujukku.

"Pokoknya gak mau, nanti dia bilang bisa di atur tapi giliran dan nikah dia mau menangnya sendiri. Istri harus taat pada suami, itu akan jadi senjata andalannya," aku beradu argument. 

 

Silahkan klik link atau lihat video di bawah ini untuk melanjutkan ceritanya...👇👇

 https://youtu.be/oL18OaqjWZM


 
Share
Tweet
Pin
Share
5 comments


~Bab 2~

Kesepakatan 



Namaku Danang, Di. Danang bukan Bambang!" 

 

"Tau!" ucapku ketus. "Kamu apa-apaan sih mas, bisa-bisanya punya pikiran kayak gitu. Gimana kalau ayah dan ibu tahu ide gilamu itu!"

 

"Mereka sudah tahu dan mereka menyuruhku untuk memikirkannya, aku sudah memikirkannya bahkan aku sudah istikharah dan hasilnya yakin menikahimu," ucapnya yakin.

 

"What!" Aku kaget dengan pengakuannya, aku di kelilingi orang-orang yang kurang waras. "Mas kita ini saudara, bagaimana mau menikah?"

 

"Kita memang saudara tapi kita bisa menikah, kita bukan mahram. Tidak ada larangan untuk menikah," dia tetap kukuh dengan keinginan.

 

"Dalam Islam orang yang haram di nikahi adalah :

1. Ibu

2. Anak Perempuan

3. Saudara Perempuan (kakak atau adik perempuan)

4. Saudara perempuan ayah (bibi atau bulik atau bude dan sebagainya).

5. Saudara perempuan ibu (bibi atau bulik atau bude dan sebagainya).

6. Anak perempuan dari saudara laki-laki (keponakan)

7. Anak perempuan dari saudara perempuanmu (keponakan)

8. Para ibu yang telah menyusui (Ibu susu)

9. Saudara perempuan sepersusuan

10. Mertua

11. Anak tiri perempuan dari istri, jika ibunya sudah digauli maka haram hukumnya menikahi anak tirinya.

12. Menantu

13. Perempuan kakak beradik dalam satu pernikahan.

Tidak ada saudara tiri di dalam ayat itu" papar mas Danang panjang lebar.

 

"Itu ada dalam Al Qur'an, surat An-nisa ayat 23, makanya kamu itu ngaji. Diajak ngaji susah banget sih," sunggutnya.

 

Lah, dia jadi ceramah kan akhirnya. Ku akui, kalau berdebat dalam urusan agama pasti aku akan kalah telak dengannya. Ya iyalah di mengambil kuliah jurusan Hukum Islam, atau apalah pokoknya berhubungan dengan urusan hukum Islam, mana mungkin bisa aku tandingi keilmuannya. Dimana aku mengambil jurusan komunikasi dan informatika, sesuai cita-citaku ingin bekerja di kantor di belakang meja.

 

"Aku bilang tidak akan ada laki-laki di dunia ini yang menyayangimu dan mengerti dirimu melebihi aku," ucap mas Danang lagi.

 

"Ya iyalah, mas Danang selalu membuat laki-laki menjauhiku. Bagaimana akan ada yang mengerti dan menyayangiku," jawabku sebal. 

Silahkan klik link atau lihat video di bawah ini untuk melanjutkan ceritanya...👇👇
https://youtu.be/PJV9MsIMc74



Share
Tweet
Pin
Share
No comments

 

~Bab 1~

Ajakan Nikah



"Menikahlah denganku!" ucap pria di depanku itu dengan mantap.

 

"Ayok," jawabku santai.

 

"Aku serius," ucapnya lagi.

 

"Aku juga serius, bercandanya hahaha," jawabku sambil tertawa kemudian kembali fokus makan tanpa memedulikan ekspresi wajah seperti apa yang di tampakkan oleh laki-laki itu.

 

"Aku serius ingin menikah denganmu, dan memiliki anak-anak yang lucu bersama Di ...." Kali ini pria itu berbicara dengan panjang dan nada penuh penekanan.

 

"Uhuk... Uhuk!" Aku tersedak kuah bakso. Tenggorokan, hidung, hingga mataku panas luar biasa. Air mataku bercucuran, terharu? Tentu tidak. Bukan! itu bukan karena terharu tapi terkena kuah cabe level lima, yang hilang arah hendak masuk ke paru-paru bukan ke lambung.

 

Mas Danang, laki-laki didepanku ini langsung memberikan segelas minuman kepadaku. Aku langsung meraihnya kemudian meminumnya hingga tandas.

 

"Kamu gila mas!" Aku berteriak kesal hingga membuat pengunjung lain menatap pada kami.

 

Bagaimana tidak gila, dia adalah kakakku bagaimana bisa mengajakku menikah. Meskipun kami saudara tiri tapi kami sudah seperti kakak adik kandung, kami tumbuh bersama sejak sama-sama masih kecil.

 

Ayahku menikah dengan Ibunya saat usiaku baru 2 tahun dan dia berusia 5 tahun, kami hanya terpaut usia tiga tahun. Ibu kandungku meninggal saat melahirkanku, dan dia lebih miris. Ayah kandungnya meninggal bahkan saat dia berusia 6 bulan dalam kandungan.

 

Ayahku bernama Ahmad Mukhlis biasa di panggil pak Ahmad, beliau adalah Pegawai Negri Sipil yang bekerja sebagai guru Sekolah Menenggah Atas di sebuah sekolah Negeri di kota kami. Ibu Tiriku atau ibu mas Danang bernama Emilia Sari, juga seorang guru di jenjang pendidikan Menengah Pertama di sekolah swasta islami yang cukup terkenal.

 

Kami tinggal di sebuah kota kecil di provinsi Jawa Timur, ke arah selatan kota Madiun ada kabupaten bernama Ponorogo. Kabupaten ini biasa di kenal juga dengan julukan Kota Reog atau Bumi Reog karena daerah ini merupakan daerah asal dari kesenian Reog. Ponorogo juga dikenal sebagai Kota Santri karena memiliki banyak pondok pesantren, salah satu yang terkenal adalah Pondok Modern Darussalam Gontor yang terletak di Desa Gontor, Kecamatan Mlarak.


Silahkan klik link atau lihat video di bawah ini untuk melanjutkan ceritanya...👇👇

https://youtu.be/EUytzrsUL0o



Share
Tweet
Pin
Share
1 comments

 ~Part 47~
Semakin Mesra

Arini bangkit dari ranjang, ia memungut lalu memasang baju, dan celana tanpa dalamannya, ia berlari kecil ke kamar mandi, untuk mencuci bersih tangannya, baru ia menghampiri Si Kembar.
Abi hanya bisa mengelusi ularnya. ‘Tunggu giliran ya,’ batinnya. 
“Sayang, pakai baju, terus cuci tangan, bantu pegang Dilla!”
 panggil Arini yang menggendong Abizar. 
“Iya ... iya,” jawab Abi sambil melakukan yang diperintahkan Arini. 
Abizar tidur di dalam gendongan Arini, sedang Ardilla di dalam gendongan Abi. 
“Mereka kembar, tapi tidak mirip ya, Sayang,”
 kata Arini sambil mengamati Si Kembar yang sudah mereka letakan di dalam box mereka masing-masing.
“Iya, tapi kata orang kalau masih usia segini wajahnya masih berubah-ubah,” sahut Abi. 
“Ooh begitu yaa, terus apanya yang nggak berubah?”
Arini mendongakan wajah, ia menatap wajah Abi dengan pandangan menggoda. 
“Yang tidak berubah... cinta kita, Sayang. 
Kita, tetap sama, dan satu lagi yang aku harap tidak berubah,” 
bisik Abi tepat di atas wajah Arini.
 “Apa?” tanya Arini manja. 
“Keomesanmu ... kamu tahu, omesmu itu membuat aku mabuk kepayang. 
Membuat aku tergila-gila padamu. Itu membuatmu istimewa, kamu tahu, aku jadi merasa awet muda tiap kali keomesanmu muncul.”
 Abi mengecup bibir Arini lembut. 
“Iiih ... masa aku omes sih? Nggak ah ... biasa saja,”protes Arini. 
Bibirnya dimanyunkan. 
“Eeh ... tadi kita belum kelar ya main ular tangganya, gara-gara Si Kembar bangun. 
Mau lanjut lagi tidak?” tanya Arini. 
‘Baru saja menolak dikatakan omes, sudah ingat saja yang begituan. 
Hhhhh ... itu apa namanya kalau buka omes, Arini.’ 

Silahkan klik link atau lihat video di bawah video ini untuk melanjutkan ceritanya..👇👇
https://www.youtube.com/watch?v=tiG0tqfc_ns



Share
Tweet
Pin
Share
1 comments

 ~Part 46~
Milik Si Kembar

Arini menyusui putra, dan putrinya secara bergantian. Abi ikut membantunya. 
Diusia dua bulan, keduanya terlihat gemuk menggemaskan. 
Setelah selesai menyusui, keduanya dibaringkan di dalam dua box bayi yang ada dikamar mereka. Abi menurunkan kelambu di box bayi. 
Untuk mencegah putra, dan putrinya agar tidak digigit nyamuk. 
Arini ingin memasang bra yang tadi dilepas saat ia menyusui, tapi Abi merebut branya.
 “Masih ada yang belum kamu susui, Sayang” 
Abi melempar asal saja bra Arini. Lalu ia melepas kaosnya sendiri.
“Sudah dua-duanya aku susuin, Sayang, tadi lihat sendiri’kan?” 
“Tapi, yang ini sudah dua bulan tidak menyusu, Sayang.” 
Abi menarik Arini agar berdiri di hadapannya yang duduk di tepi ranjang. 
Tangan Abi melekat erat di pinggang, dan punggung Arini. 
Arini menyodorkan buah dadanya ke mulut Abi dengan memegang buah dadanya sendiri.
“Jangan isap ujungnya, itu punya si kembar, kalau mau dijilat saja,” katanya. 
Lidah Abi mulai menjilati ujung buah dada Arini. 
Kedua tangannya melepas celana piyama Arini, sekalian celana dalamnya juga.
 Kemudian Abi menarik Arini, agar rebah di atas ranjang. Tepat di atas tubuhnya. 
Tangan Arini masuk ke balik celana Abi. 
Tangannya menggenggam ular Abi. 
“Lumutan nggak, Sayang, lama nggak dipakai?” tanya Arini menggoda. 
“Tidak tahu, coba Arini periksa sendiri,” jawab Abi. 
Arini bangun dari berbaringnya. Ia duduk di sisi tubuh Abi. 
Ditarik lepas celana pendek, dan celana dalam Abi sekalian.

Silahkan klik link atau lihat video di bawah ini untuk melanjutkan ceritanya...👇👇
https://www.youtube.com/watch?v=ueHbB5ALNzA



Share
Tweet
Pin
Share
1 comments

 ~Part 45~
Twins

Abi turun dari ranjang, ia meraih celananya di kaki ranjang, lalu berjalan ke kamar mandi.
Tiba-tiba Arini terkikik geli. 
Abi menatapnya bingung. 
“Ada apa?”
 “Om sini!” dilambaikan tangannya ke arah Abi. 
“Apa?” tanya Abi bingung. 
“Aku kasian sama ular Om,” 
katanya sambil menyentil ular Abi yang terlihat masih ngacung dari balik celananya. 
‘Ya Tuhan ... Arini, jangan membuat kepalaku tambah pusing, dong!’ batin Abi. 
Arini bangun dari rebahnya, ia turun dari atas ranjang, lalu melepaskan celana Abi.
Didorongnya Abi agar duduk di tepi ranjang.
“Karena aku istri yang baik, jadi pastinya tidak tega dong, kalau ular suaminya lapar nggak dikasih makan,” cerocos Arini. 
Tangan Arini, menuntun milik Abi memasuki miliknya. ‘Arini, modus. 
Hhhhhh ... memiliki istri modus itu, enak juga ternyata. 
Tapi labilnya itu yang kadang bikin kesal.... ‘
 Perlahan Arini duduk di atas pangkuan Abi, sampai milik Abi masuk semua.
 Arini bergerak aktif, bibirnya, tangannya, kakinya, tubuhnya, lidahnya, semuanya.
 “Enghhhh ... capek, Om,” desahnya dengan keringat bercucuran di wajah, dan tubuhnya, setelah mereka berdua sampai ke puncaknya. 
‘Hhhh ... sakit saja bisa dua kali hanya dalam sekejap, Ariniku memang luar biasa.’ Batin Abi.
Abi menurunkan Arini dari atas pangkuannya, direbahkan Arini di atas ranjang, diselimuti istrinya sampai ke atas dada.
 “Aku mandi dulu ya, Sayang,” bisik Abi, lalu dikecup kening Arini. 
Arini memejamkan matanya. Ia mencoba untuk tidur.

Silahkan klik link atau lihat video di bawah ini untuk melanjutkan ceritanya...👇👇
https://www.youtube.com/watch?v=Ki49uwIZPv8



Share
Tweet
Pin
Share
1 comments

 ~Part 44~
Bukti Cinta

Usai sholat subuh, Abi berbaring di sisi Arini. 
Dipeluknya tubuh Arini yang gemetar, mata Arini terbuka. 
“Kenapa tidur di ruang tengah tadi malam, Sayang?”tanya Abi 
“Om nyebelin aku dicuekin!” sengit Arini. 
“Tadi malam, aku mengantuk sekali.” 
Abi mempererat pelukannya. 
“Enghhh ... meluknya salah,” gumam Arini. 
Cup! Abi mengecup kening Arini. “
Salah bagaimana?” 
“Kata Om, harus sama-sama lepas baju biar hangatnya bisa mengalir, dengan kontak tubuh langsung,” jawab Arini. 
‘Ya Tuhan ... Arini. Sakit masih saja modus,’ batin Abi.
Abi melepas kaosnya, lalu melepas baju, dan bra Arini. 
Abi memeluk tubuh Arini. 
“Om!” 
“Hmm.... “ 
“Tanggung amat!”
 “Apanya?” tanya Abi bingung. 
“Melepas bajunya.” 
“Eeh ... maksudnya?”
 “Yang di bawah nggak dilepasin juga?”
 ‘Oh Tuhan, Arini ... itu pertanyaan, tawaran, atau ajakan?’ 
“Arini mau ini dilepas juga?” tanya Abi dengan tangan meraba pangkal paha Arini. 
Arini mengangguk malu-malu. 
Abi bangun dari rebahnya, dilepas celana Arini, lalu ia berbaring lagi memeluk Arini. 
“Om!”
 “Hmmm.... “
 “Aku cuma dipeluk begini saja?” 
“Eeh ... terus Arini mau diapakan lagi?” 
“Apa kek gitu!” 
‘Ya ampun ... Arini.... ‘ Abi melepaskan pelukannya, lalu menggeser tubuhnya. 
Diposisikan tubuhnya di atas tubuh Arini. 
Kedua tangannya menahan beban tubuh, agar tidak menindih tubuh Arini.

Silahkan klik link atau lihat video di bawah ini untuk melanjutkan ceritanya...👇👇
https://www.youtube.com/watch?v=PK9SP05PD6E



Share
Tweet
Pin
Share
No comments

 ~Part 43~
Labil

Arini berbaring dengan gelisah, badannya bolak balik di atas ranjang dari tadi. 
Abi membuka matanya. “Ada apa, hmmmm?” 
tanyanya pada Arini yang matanya belum juga bisa tidur. 
“Lapar,” jawab Arini. 
Abi bangun dari rebahnya. 
“Aku ambilin makan di dapur ya.”
 Kepala Arini menggeleng. 
“Katanya lapar?” tanya Abi keheranan. 
“Mau pecel lele,” jawabnya. 
Abi menatap jam di dinding. 
“Ini jam dua dini hari, Sayang”. 
“Biasanya banyak yang masih buka di pinggir jalan.”
“Ayoklah, ganti bajumu dulu,” 
Abi mengambilkan baju, dan jaket Arini di lemari, juga jaket untuknya. 
Abi  dan Arini menyusuri jalanan menuju tempat di mana warung tenda pinggir jalan masih buka. Abi memarkir mobilnya. 
Dibangunkannya Arini yang tertidur dengan kepala bersandar di atas lengannya.
 “Sayang, sudah sampai, ayo bangun, Sayang.”
 Arini bergerak sedikit, tapi matanya masih terpejam. 
“Aku mengantuk, Om. Kita pulang saja ya,” gumamnya. 
“Eeh... tadi katanya lapar, ingin makan pecel lele.” 
“Sekarang enggak lagi, aku mengantuk.” 
‘Hhhh ... Arini, orang ngidam memang seperti ini ya? 
Apa cuma Arini yang labil begini? 
hhhh ... sabaar Abi, sabar. Resiko punya istri ABABIL ... ABG labil, hhhh.... ‘ 
💝💝💝
Abi memutar balik mobilnya menuju pulang. Arini tiba-tiba terbangun. 
“Belum sampai juga ya, Sayang?” tanyanya.
 “Eeh ... tadi sudah sampai. 
Kamu, aku bangunkan, katanya mengantuk, ingin pulang saja,” jawab Abi. 
“Iih ... aku lapar, ingin makan pecel lele, putar balik ke sana lagi!” seru Arini.

Silahkan klik link atau lihat video di bawah ini untuk melanjutkan ceritanya....👇👇
https://www.youtube.com/watch?v=Wr8IfLYQzfY



Share
Tweet
Pin
Share
No comments

 ~Part 42~
Istri Siapa

Abi sudah melepas apa yang melekat ditubuhnya juga tubuh Arini. 
Saat Abi tengah asik mencumbui setiap jengkal tubuh Arini, Abi mendengar dengkur halus dari mulut Arini.
 ‘Ya Tuhanku.... Dia yang mulai, tapi dia tidak bertanggung jawab untuk mengakhiri.... ‘ 
batin Abi. 
Abi menutupi tubuh telanjang Arini dengan selimut. 
Dalam keadaan seperti ini Arini persis bocah kecil yang tertidur setelah didongengkan. 
Wajahnya polos seperti tanpa dosa. 
Abi bersyukur atas anugerah yang dititipkan Allah kepadanya, yaitu seorang istri yang membuat hidupnya terasa penuh makna. 
Abi berharap mereka akan selalu bisa sabar, dan ikhlas dalam menjalani kehidupan mereka kedepannya. 
💝💝💝
 Arini melangkah memasuki kantor Abi. Ini pertama kalinya ia datang ke sini.
 “Selamat siang, Mbak,” sapanya pada seorang wanita yang diyakininya sebagai sekretaris Abi. 
“Selamat siang, Dek. Mencari siapa ya?”
 “Enghh.. saya, enghh mencari Pak Abimana ada, Mbak?”
 “Sudah buat janji, Dek?” tanya Nita sekretaris Abi. 
“Ooh harus janji dulu ya, meskipun yang mau bertemu istrinya sendiri?” tanya Arini polos. 
“Haah! Maksudnya Adek apa ya, istri siapa?” tanya Nita bingung. 
“Sebentar ya, Mbak. Saya buat janji dulu.” Arini meraih ponselnya. 
Nita mengamatinya dengan pandangan tidak mengerti. 
“Hallo, Sayang, aku mau bikin janji”.
 “Eeh janji apa, Sayang?” 
“Janji ketemuan di kantor Om, sekarang.”
 “Eeh janji ketemuan di kantor?”
 “Iya... aku sudah di kantor, Om. 
Tapi kata sekretaris Om, harus bikin janji dulu kalau mau ketemu,” cerocos Arini.

Silahkan klik link atau lihat video di bawah ini untuk melanjutkan ceritanya....👇👇
https://www.youtube.com/watch?v=GDxE9qPz9Ds



Share
Tweet
Pin
Share
No comments

~ Part 41~
Kejutan Untuk Abi

Blaabb!! Lampu menyala. 
Lagu ulang tahun menggema memecahkan kesunyian malam.
 Ada tiga keluarga yang sudah berkumpul. 
Keluarga Pratama, keluarga Wicaksana, dan keluarga Sanjaya. 
Ada juga pria yang tadi siang bersama Arini di restoran, dan juga beberapa orang lainnya yang tidak Abi kenal. 
Arini berdiri, dan berjalan mendekati Abi. 
Cup. Arini berjinjit untuk bisa mengecup pipi Abi. 
“Selamat ulang tahun, Om Sayang.” 
Abi masih belum tersadar dari terpukaunya.
 “Om .. Om!” Arini menepuk-nepuk pipi Abi pelan.
Abi tergeragap. Di hadapannya sudah ada kue tart yang cukup besar dengan lilin berbentuk jumlah usianya. 
Lagu tiup lilin bergema. Abi berdoa sejenak baru meniup lilinnya. 
Potongan kue pertama pastilah untuk Bu Anggun, Mamahnya, setelah itu untuk Papahnya, baru untuk istrinya tercinta. 
Saat semua orang tengah menikmati makanan yang dihidangkan, Abi memeluk Arini erat.
“Katakan ini ide siapa?” tanya Abi sambil memencet hidung Arini. 
“Anggrek, dan Kak Mia” jawab Arini polos. 
“Ya Allah ... kamu tahu kalau aku jadi seperti orang linglung karena kehilanganmu,” 
kata Abi gusar. 
“Maaf.... “
 jawab Arini dengan mata berkaca-kaca. 
“Siapa pria itu yang tadi siang bersamamu di restoran?”
 tanya Abi dengan nada cemburu. 
“Eeh ... Om tahu tadi siang aku di restoran sama Mas Andi?” 
Arini balik bertanya. 
“Mas Andi? Mesra sekali panggilannya.” 
Abi menatap langsung ke bola mata Arini. 
Arini tersenyum menggoda.
 “Cemburu ya, terus kenapa tadi siang tidak langsung menyapa?” 
tanya Arini dengan wajah mendongak. 

Silahkan klik link atau lihat video di bawah ini untuk melanjutkan ceritanya...👇👇
https://www.youtube.com/watch?v=-_w5f850goo



Share
Tweet
Pin
Share
No comments

 ~Part 40~
Ada Apa Dengan Arini

Kriuukk... kriuuukk. Asal suara dari perut Arini. 
Arini menyudahi cumbuannya. 
Wajah Arini merah, bibirnya tersenyum malu. 
“Anak Om minta makan, aku mandi dulu ya,” 
katanya, dan tanpa menunggu jawaban Abi, Arini langsung turun dari atas tempat tidur, dan masuk ke dalam kamar mandi. 
“Sayang, ini ularku bagaimana, selesaikan dulu, Sayang!” 
Abi mengetuk pintu kamar mandi yang pintunya terkunci. 
“Om tidurin aja lagi ularnya, aku lapar, anakmu lapar juga, mau mandi terus sarapan,”
 jawab Arini tanpa rasa berdosa sama sekali. 
‘Ya Tuhan Arini.... Tega sekali membuat aku pusing sejuta keliling. 
Hhhhh ... sabar ya ularku, tidur lagi ya.’ 
Abi mengusap ularnya pelan, ularnya sebenarnya sudah tidur lagi saat Arini masuk kamar mandi tadi, karena kaget setelah dilepas Arini dengan tiba-tiba. 
💓💓💓
Beberapa hari ini Abi merasa Arini seperti menyembunyikan sesuatu. 
Arini sering kedapatan menelpon diam-diam, dengan suara berbisik-bisik, dan bila Abi mendekat Arini langsung mematikan ponselnya. 
Tapi, tiap ditanya Arini selalu menjawab telpon dari sahabatsahabatnya. 
Hari ini Abi ada janji makan siang dengan relasinya di sebuah restoran. 
Saat ia tengah berbicara santai dengan relasinya, matanya menatap ke arah pintu masuk restoran. Dilihatnya Arini berjalan masuk dengan tergesa, Abi sampai menahan napasnya, takut Arini jatuh terpeleset, atau apa, karena jalannya yang tergesa. 
Mata Abi mengikuti ke mana Arini akan duduk. 
Arini duduk membelakangi Abi, tepat di hadapan seorang pria yang duduk menghadap ke arah Abi. Mereka bersalaman, seakan baru saling kenal.

Silahkan klik link atau lihat video di bawah ini untuk melanjutkan ceritanya...👇👇
https://www.youtube.com/watch?v=Kq5bc2NEaLY




Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Older Posts

Follow Us

  • facebook
  • twitter
  • instagram
  • youtube
  • Youtube

Categories

  • Internet
  • Kumpulan Novel
  • Membuat Email
  • Mempercantik Blog
  • Naruto Shippuden
  • OLAH RAGA
  • Tips Computer

recent posts

Sponsor

Blog Archive

  • January 2023 (5)
  • January 2022 (4)
  • December 2021 (10)
  • November 2021 (6)
  • October 2021 (5)
  • September 2021 (19)
  • August 2021 (3)
  • November 2013 (1)
  • October 2013 (6)
  • August 2013 (3)
  • July 2013 (1)
  • June 2013 (1)
  • April 2013 (2)
  • March 2013 (3)
  • December 2012 (10)
  • November 2012 (1)
  • October 2012 (5)
  • September 2012 (8)
  • May 2012 (1)

Copyright © 2023 Takatil Team. All Rights Reserved. Created with by ThemeXpose