• Home
  • About
  • Contact
    • Category
    • Category
    • Category
  • Shop
  • Advertise
facebook twitter instagram Youtube

TAKATIL TEAM BLOG

~Bab 5~

Cemburu

 


Untuk beberapa saat aku terdiam terpaku dengan posisi itu. Mas Danang segera mengurai pelukanku dan bangkit berdiri. Aku salah tingkah dibuatnya, dadaku berdegup kencang, ada perasaan tidak biasa tiba-tiba menyelinap di dalam sana. Ini bukan perasaan seorang adik pada kakaknya tapi seperti perasaan wanita pada lawan jenisnya.

 

Mas Danang menatapku, "Kenapa kamu memelukku seperti itu?" tanya mas Danang pelan.

 

"A-a-aku hanya ingin melihat nama pena mas Danang," ucapku perlahan hampir tidak terdengar.

 

Mas Danang menarik napas dalam-dalam, "Ayo kita keluar!"

 

Mas Danang berlalu melewati diriku dan keluar dari kamarnya tanpa menungguku.

 

 Aku salah tingkah dibuatnya, "Bodoh, bodoh!" Aku mengutuk diri sendiri sambil memukul pelan kepalaku. Dengan enggan aku keluar dari kamar mas Danang dan mengikutinya.

 

Waktu memang sudah lepas isya, sudah jam sembilan malam, ayah dan ibu juga sudah masuk ke kamarnya. Aku mengikutinya mas Danang pergi ke balkon di depan kamar kami. Kamar kami berdua sama-sama di lantai dua dan di pisahkan oleh kamar mandi, sedang kamar ayah dan ibu ada di lantai bawah.

 

Mas Danang duduk di kursi yang tersedia disana, aku mengikutinya duduk agak jauh dari.

 

"Kenapa mencariku?" tanya mas Danang

 

"Diana penasaran sama mas Danang, mas Danang tidak pernah keluar kamar sekarang," ucapku pelan

 

"Mas sibuk bekerja, biar bisa beli rumah sesuai keinginanmu makanya mas Danang tidak keluar-keluar kamar."

 

Untuk Melanjukan Ceritanya Silahkan Klik Link ata Lihat Video di bawah ini..  👇👇

https://youtu.be/NqMEUAeIb5k


 

Share
Tweet
Pin
Share
7 comments

~Bab 4~

Tantangan



Mas Danang terlihat kebingungan dengan sikapku, tapi dia tetap tidak membalas pelukanku ataupun berusaha untuk menenangkan.

"Ada apa?" dia bertanya.

"Mas Dion mau menodaiku," jawabku sambil terisak.

"Apa! mana orangnya. Akan aku hajar dia," ucapnya sambil hendak pergi ke rumah mas Dion.

"Aku sudah menghajarnya mas, makanya aku bisa lari." Aku menjelaskan. "Aku hanya butuh pelukan untuk menenangkan diriku."

Mas Danang menarikku dalam pelukannya, ada rasa nyaman dalam diriku saat mas Danang memelukku dengan erat. Kami memang tidak pernah bersentuhan fisik, mas Danang selalu menolaknya dengan alasan tidak boleh.

"Ehemm..." mas Danang berdehem dan mengurangi pelukannya. "Ayo kita pulang," ucapnya lagi.

Kami masuk kedalam mobil dan mas Danang melajukan mobilnya dalam diam.

"Jangan bilang sama ayah tentang kejadian ini ya mas, "pintaku memecah kesunyian.

"Aku tidak bisa janji," ucapnya datar.

"Ayah akan marah mas," sahutku memelas.

"Kamu yang mulai dan terimalah resikonya." ucapnya enteng. "Sudah aku bilang kan kalau ide kamu ini tidak akan membuahkan hasil yang bagus. Tapi kamu tetap saja memaksakan kehendak!" Dia melanjutkan omelannya.

Aku hanya diam tidak menjawab, binggung juga mau membantah apa. Karena emang nyatanya kejadian ini terjadi.


Silahkan klik link atau lihat video di bawah ini untuk melanjutkan ceritanya....👇👇

https://youtu.be/UvJvXXZ3eAc



Share
Tweet
Pin
Share
No comments

~Bab 3~

Ta'aruf VS Pacaran



Hari ini hari pertama melaksanakan kesepakatan kami, mas Danang memberiku kertas yang harus aku isi, mirip-mirip CV untuk melamar kerja di kantor gitu deh. Tapi ini isinya lebih banyak.

Selain ada profil diri ada juga profil keluarga, aktivitas sehari-hari, visi dan misi, kriteria calon pasangan, rencana setelah menikah dan lain lain.

Aku mengisinya sesuai arahan mas Danang, sebenarnya aku malas sih. Mau cari suami aja lebih susah daripada cari pekerjaan. Tapi demi tidak menikah dengannya aku mengikuti kemauannya.

Setelah melakukan itu, aku di suruh menunggunya. Katanya data itu mau dikasih ke ustadz dia, dan nanti akan di carikan laki-laki yang juga mau ta'aruf. Tukar menukar data dirilah istilah gampangnya.

Setelah menunggu agak lama akhirnya aku mendapatkan data laki-laki yang ingin ta'aruf denganku. Aku baca-baca data dirinya, di bagian rencana setelah menikah dia menuliskan ingin istrinya tinggal dirumah dan menjaga anak-anak.

"Aku gak mau sama yang ini," ucapku pada mas Danang.

"Gak mau gimana? kan belum coba ketemu?" Mas Danang bertanya.

"Ini dia bilang mau istri yang tinggal dirumah dan menjaga anak-anak. Aku mau jadi wanita karir," jawabku.

"Kan bisa dibicarakan Di, jangan ujug-ujug bilang gak mau aja," mas Danang membujukku.

"Pokoknya gak mau, nanti dia bilang bisa di atur tapi giliran dan nikah dia mau menangnya sendiri. Istri harus taat pada suami, itu akan jadi senjata andalannya," aku beradu argument. 

 

Silahkan klik link atau lihat video di bawah ini untuk melanjutkan ceritanya...👇👇

 https://youtu.be/oL18OaqjWZM


 
Share
Tweet
Pin
Share
5 comments


~Bab 2~

Kesepakatan 



Namaku Danang, Di. Danang bukan Bambang!" 

 

"Tau!" ucapku ketus. "Kamu apa-apaan sih mas, bisa-bisanya punya pikiran kayak gitu. Gimana kalau ayah dan ibu tahu ide gilamu itu!"

 

"Mereka sudah tahu dan mereka menyuruhku untuk memikirkannya, aku sudah memikirkannya bahkan aku sudah istikharah dan hasilnya yakin menikahimu," ucapnya yakin.

 

"What!" Aku kaget dengan pengakuannya, aku di kelilingi orang-orang yang kurang waras. "Mas kita ini saudara, bagaimana mau menikah?"

 

"Kita memang saudara tapi kita bisa menikah, kita bukan mahram. Tidak ada larangan untuk menikah," dia tetap kukuh dengan keinginan.

 

"Dalam Islam orang yang haram di nikahi adalah :

1. Ibu

2. Anak Perempuan

3. Saudara Perempuan (kakak atau adik perempuan)

4. Saudara perempuan ayah (bibi atau bulik atau bude dan sebagainya).

5. Saudara perempuan ibu (bibi atau bulik atau bude dan sebagainya).

6. Anak perempuan dari saudara laki-laki (keponakan)

7. Anak perempuan dari saudara perempuanmu (keponakan)

8. Para ibu yang telah menyusui (Ibu susu)

9. Saudara perempuan sepersusuan

10. Mertua

11. Anak tiri perempuan dari istri, jika ibunya sudah digauli maka haram hukumnya menikahi anak tirinya.

12. Menantu

13. Perempuan kakak beradik dalam satu pernikahan.

Tidak ada saudara tiri di dalam ayat itu" papar mas Danang panjang lebar.

 

"Itu ada dalam Al Qur'an, surat An-nisa ayat 23, makanya kamu itu ngaji. Diajak ngaji susah banget sih," sunggutnya.

 

Lah, dia jadi ceramah kan akhirnya. Ku akui, kalau berdebat dalam urusan agama pasti aku akan kalah telak dengannya. Ya iyalah di mengambil kuliah jurusan Hukum Islam, atau apalah pokoknya berhubungan dengan urusan hukum Islam, mana mungkin bisa aku tandingi keilmuannya. Dimana aku mengambil jurusan komunikasi dan informatika, sesuai cita-citaku ingin bekerja di kantor di belakang meja.

 

"Aku bilang tidak akan ada laki-laki di dunia ini yang menyayangimu dan mengerti dirimu melebihi aku," ucap mas Danang lagi.

 

"Ya iyalah, mas Danang selalu membuat laki-laki menjauhiku. Bagaimana akan ada yang mengerti dan menyayangiku," jawabku sebal. 

Silahkan klik link atau lihat video di bawah ini untuk melanjutkan ceritanya...👇👇
https://youtu.be/PJV9MsIMc74



Share
Tweet
Pin
Share
No comments

 

~Bab 1~

Ajakan Nikah



"Menikahlah denganku!" ucap pria di depanku itu dengan mantap.

 

"Ayok," jawabku santai.

 

"Aku serius," ucapnya lagi.

 

"Aku juga serius, bercandanya hahaha," jawabku sambil tertawa kemudian kembali fokus makan tanpa memedulikan ekspresi wajah seperti apa yang di tampakkan oleh laki-laki itu.

 

"Aku serius ingin menikah denganmu, dan memiliki anak-anak yang lucu bersama Di ...." Kali ini pria itu berbicara dengan panjang dan nada penuh penekanan.

 

"Uhuk... Uhuk!" Aku tersedak kuah bakso. Tenggorokan, hidung, hingga mataku panas luar biasa. Air mataku bercucuran, terharu? Tentu tidak. Bukan! itu bukan karena terharu tapi terkena kuah cabe level lima, yang hilang arah hendak masuk ke paru-paru bukan ke lambung.

 

Mas Danang, laki-laki didepanku ini langsung memberikan segelas minuman kepadaku. Aku langsung meraihnya kemudian meminumnya hingga tandas.

 

"Kamu gila mas!" Aku berteriak kesal hingga membuat pengunjung lain menatap pada kami.

 

Bagaimana tidak gila, dia adalah kakakku bagaimana bisa mengajakku menikah. Meskipun kami saudara tiri tapi kami sudah seperti kakak adik kandung, kami tumbuh bersama sejak sama-sama masih kecil.

 

Ayahku menikah dengan Ibunya saat usiaku baru 2 tahun dan dia berusia 5 tahun, kami hanya terpaut usia tiga tahun. Ibu kandungku meninggal saat melahirkanku, dan dia lebih miris. Ayah kandungnya meninggal bahkan saat dia berusia 6 bulan dalam kandungan.

 

Ayahku bernama Ahmad Mukhlis biasa di panggil pak Ahmad, beliau adalah Pegawai Negri Sipil yang bekerja sebagai guru Sekolah Menenggah Atas di sebuah sekolah Negeri di kota kami. Ibu Tiriku atau ibu mas Danang bernama Emilia Sari, juga seorang guru di jenjang pendidikan Menengah Pertama di sekolah swasta islami yang cukup terkenal.

 

Kami tinggal di sebuah kota kecil di provinsi Jawa Timur, ke arah selatan kota Madiun ada kabupaten bernama Ponorogo. Kabupaten ini biasa di kenal juga dengan julukan Kota Reog atau Bumi Reog karena daerah ini merupakan daerah asal dari kesenian Reog. Ponorogo juga dikenal sebagai Kota Santri karena memiliki banyak pondok pesantren, salah satu yang terkenal adalah Pondok Modern Darussalam Gontor yang terletak di Desa Gontor, Kecamatan Mlarak.


Silahkan klik link atau lihat video di bawah ini untuk melanjutkan ceritanya...👇👇

https://youtu.be/EUytzrsUL0o



Share
Tweet
Pin
Share
1 comments
Newer Posts
Older Posts

Follow Us

  • facebook
  • twitter
  • instagram
  • youtube
  • Youtube

Categories

  • Internet
  • Kumpulan Novel
  • Membuat Email
  • Mempercantik Blog
  • Naruto Shippuden
  • OLAH RAGA
  • Tips Computer

recent posts

Sponsor

Blog Archive

  • January 2023 (5)
  • January 2022 (4)
  • December 2021 (10)
  • November 2021 (6)
  • October 2021 (5)
  • September 2021 (19)
  • August 2021 (3)
  • November 2013 (1)
  • October 2013 (6)
  • August 2013 (3)
  • July 2013 (1)
  • June 2013 (1)
  • April 2013 (2)
  • March 2013 (3)
  • December 2012 (10)
  • November 2012 (1)
  • October 2012 (5)
  • September 2012 (8)
  • May 2012 (1)

Copyright © 2023 Takatil Team. All Rights Reserved. Created with by ThemeXpose