“Mamah ... Papah,” gumam Abi. Arini makin mengkerut di belakang punggung Abi. “Abi, apa-apaan ini! Pantas saja kamu tidak mau Mamah nikahkan lagi, ternyata begini kelakuanmu, membawa wanita ke apartemenmu, berzinah di kamarmu, Mamah kecewa sama kamu!” Pekik Bu Anggun, Mamah Abi dengan sangat emosi. “Kami tidak berzinah Mam,” sahut Abi. “Tidak berzinah, lalu apa yang kamu lakukan tadi? Kalau Mamah tidak datang, kalian pasti su.... “ “Dia istriku, Mamah, sah,” sahut Abi, sebelum Mamahnya meneruskan kalimatnya. ‘Dan, kalau Mamah tidak datang kami pasti sudah memulai membuatkan cucu buat Mamah,’ sambung Abi di dalam hatinya.
“Istri ... sah ... apa maksudmu Abi?” Suara Bu Anggun
mulai diturunkan volumenya.
“Ayolah kita bicara di ruang tengah saja, tidak enak
bicara di sini dalam keadaan seperti ini, ayo Mam. Abi ajak
dia ke ruang tengah juga,” kata pak Bisma, ayah Abi sambil
meraih bahu istrinya.
Abi memutar tubuhnya menghadap ke arah Arini yang
masih berdiri dengan tubuh gemetar di belakangnya.
“Ayo, kita ke ruang tengah,” ajak Abi sambil menggenggam jemari Arini.
“Aku takut.”
“Jangan takut.”
“Bagaimana kalau kita disuruh pisah?” Tanya Arini
dengan air mata yang menggantung di pelupuk matanya.
“Kenapa berpikir seperti itu?”
“Mamah Om bilang tadi ingin menikahkan Om deng....“
“Psssttt ... jangan bicara yang tidak-tidak.”
0 comments