Abi membuka matanya, dilihatnya jam di dinding. 04.15. Arini tidur dengan kepala di atas bahunya. ‘Cantik... cantik sekali kamu Arini. Kehadiranmu sudah merubah duniaku. Duniaku yang tadinya terasa sepi, tanpa cinta seorang wanita, terasa jadi begitu indah sejak kehadiranmu. Duniaku yang tadinya hanya berkutat pada pekerjaan, jadi berubah sejak aku terbakar bersama api gairahmu. Menatap wajahmu yang sendu. Memandang tubuh mungilmu. Mungkin orang tidak akan percaya kalau kamu itu seperti api, api yang selalu membakarku habis di atas ranjangku. Kamu membuat aku jadi orang yang berbeda, membuat hari-hariku jadi berbeda. Aku mencintaimu..
mencintaimu dengan segenap jiwa ragaku.’
Arini menggeliat.
Matanya terbuka, lalu matanya mengerjap sesaat.
“Enghhh... apa lihat-lihat, aku ngiler ya?” Tanyanya,
sambil mengusap sudut bibir dengan jarinya.
Abi mendekatkan kepalanya.
Bibirnya mengecup bibir Arini, Arini membalas dengan
lumatan.
‘Benarkan ... Arini selalu membuat aku terbakar.’
Arini melepas kecupannya.
“Sayang lagi M, jadi tidak bisa begituan ya, Om.”
“Tidak apa-apa, Sayang. Nanti kalau M nya sudah
selesai, kita kebut tiga kali sehari ngegolinnya, biar cepat
jadi dedenya,” jawab Abi.
“Tiga kali sehari? Memangnya minum obat?”
“Memang obat kan? Obat biar cepat punya anak.”
“Ingin sekali, cepat punya anak ya, Om?”
“Iyalah, aku kan sudah tua Arini, nanti aku tidak sempat
meliat cucu, kalau sekarang belum punya anak juga.”
Silahkan Klik Link atau Lihat Video di Bawsh ini untuk Melanjutkan Ceritanya.. ⬇️⬇️ https://youtu.be/2pZPpIR62_Y
Pulang kuliah, dan setelah makan siang, dan sholat dzuhur, Arini asik menonton dvd drama Korea kesukaannya. Seperti biasa, saat adegan sedih selalu saja membuatnya menangis. Arini memeluk bantal dengan air mata di pipinya. Isakannya tersamarkan dengan bantal dalam pelukannya. Beralih adegan ciuman yang membuat pipi Arini memerah melihatnya. Arini tidak menyadari Abi berdiri di belakangnya dari tadi. “Sayang,” sapa Abi sembari duduk di sebelah Arini. Arini menoleh, lalu langsung memeluk Abi dengan manja. Dihapus air matanya. “Kok Om pulang cepat?” “Kangen.... “. “Kangen sama siapa?” Tanya Arini seperti merajuk.
“Sama siapa lagi, kalau bukan sama istriku tercinta
yang cantik ini.” Abi mengusap pipi Arini.
“Iih, Om genit!”
“Tidak apa-apakan genit sama istri sendiri.”
“Om sudah makan?”
“Sudah.”
“Om sudah sholat dzuhur?”
“Sudah.”
“Terus pulang cepat mau apa?”
“Tadikan sudah aku katakan, kangen istriku.”
“Kalau kangen, terus mau apa?”
“Mau main ular tangga.”
“Ular tangga apa?” Tanya Arini manja.
“Ularnya punyaku, tangganya punya Arini.” Abi
menunjuk ke dada Arini.
“Dadunya punya siapa, Om?”
“Dadunya juga punya Arini, aku modal ularnya saja,”
bisik Abi di telinga Arini sambil tangannya meremas buah
dada Arini.
Silahkan Klik Link atau Lihat Video di bawah ini untuk melanjutkan Ceritanya... ⬇️⬇️ https://youtu.be/U6VwBCgmt5c
“Sayang... ini Pak Dimas, dan Bu Aira Sanjaya. Mereka adalah, orang tua Airin, Mamahmu.” Abi memperkenalkan Pak Dimas, dan Bu Aira pada Arini. Arini terperangah, tangannya makin erat memeluk lengan Abi.
“Abi... jadi ... jadi.... “ suara Bu Aira terbata dengan air mata turun di pipinya.
“Ya, ini Arini, istri saya, putri dari Airin dan Arta, cucu dari Om, dan Tante.”
Bu Aira mendekati Arini.
“Ini nenekmu, Sayang. Ini kakekmu, kami ... kami orang tua Airin, Mamahmu. Jangan takut....” kata Bu Aira saat melihat Arini terlihat semakin erat memeluk lengan Abi, karena takut. Arini mendongak menatap Abi. Abi menganggukan kepala, dengan senyum di bibirnya.
“Cucuku.... “ Bu Aira, dan Arini saling peluk erat.
Pak Dimas memeluk keduanya. Tangis mereka pecah tak terbendung lagi.
“Ya Allah... terima kasih, sudah mempertemukan kami dengan cucu kami,” kata Pak Dimas.
“Abi, katakan di mana Airin, dan Arta, Bi. Om ingin bertemu dengan mereka, Bi,” kata Pak Dimas pada Abi.
Abi menarik napas panjang, kepalanya menunduk sesaat.
“Maaf, Om... Airin, dan Arta. Mereka... mereka sudah lebih dulu meninggalkan kita,” jawab Abi dengan suara terbata.
“Apa?” Lak Dimas, dan Bu Aira yang masih memeluk Arini sama kagetnya.
“Innalillahi wa innailaihi rojiun,” sambung keduanya.
Bu Aira terlihat lemas, Arini menuntun neneknya untuk duduk.
Silahkan Lihat Video di Bawah ini Untuk Melanjutkan Ceritanya.. ⬇️⬇️
Abi memeluk Arini dengan erat. “Baru sekali gol, bagaimana mau cepet punya anak.... “ gumam Abi. “Kalau begitu kita gol’kan lagi sekarang saja, Om!” “Eeh ... kamu ngajakin ML?” “Kenapa? Tidak boleh kalau istri yang ngajakin ML duluan?” sengit Arini. “Boleh, sangat boleh.” Abi membawa Arini berguling. “Kita mulai dari mana?” Tanya Abi. “Kok tanya aku sih?” “Laah, kan tadi Arini yang ngajakin, aku cuma menurut maunya kamu saja.” “Ooh... cuma nurutin, jadi sebenernya enggak pengen, ya sudah kalau enggak pengen jauh-jauh sana,”sengit Arini sambil berusaha mendorong jatuh tubuh Abi
dari atas tubuhnya.
“Tuhkan, ngambek memangnya kamu tidak merasa
ya, ularku sudah bergerak-gerak dari tadi?”
Arini terkikik geli, seperti lupa dengan kekesalannya.
“Kenapa tertawa?” tanya Abi bingung.
“Ular Om itu, seperti punya nyawa sendiri ya, aneh
nggak bertulang tapi bisa tegak, dan yang aneh lagi pas
kaget langsung lemes lunglai hehehe....”
“Hhhh... jangan bercanda Arini, nanti ularnya keburu
lemas.”
“Om dong yang mulai, lepasin bajuku kek, grepein
dadaku kek, ciu...hmmmpppp” Abi membungkam mulut
Arini dengan bibirnya. Tangannya merayap ingin melepasi
baju Arini ketika ponselnya berbunyi.
Untuk melanjutkan Ceritanya, Silahkan Klik Link atau Lihat Video di bawah ini..⬇️⬇️ https://youtu.be/8UNZRkClijw
“Sudah selesai ceramahnya, Mam?” Tanya Abi. “Ya ampun, Abi. Mamah itu menasehati kalian, bukan ceramah. Sana kamu ke bawah saja, temeni Papahmu!” perintah Bu Anggun. “Iya, Mam, aku ke bawah dulu ya, Yank,” pamit Abi pada Arini. Kepala Arini mengangguk. Setelah Abi pergi. “Mam, Arini boleh tanya sesuatu nggak, Mam?” “Tanya saja, Mamah akan jawab kalau Mamah tahu.” “Mamah kenal Tante Arnita nggak?” Bu Anggun mengernyitkan keningnya. “Kenal, kenapa kok tanya tentang Arnita sayang?” “Enghhh... Tante Arnita sama Bang Abi, enghh... mereka dekat ya, Mam? “Iya, mereka besar bersama..
Suamimu, dan dua kakaknya, Anyelir, dan Anggita,
juga Mamahmu Airin, dan Ayahmu Arta juga kakaknya,
Arnita, mereka berteman dari kecil.”
“Apa Mam? Maksud, Mamah, Tante Arnita itu
kakaknya Ayahku?”
“Iya, Abi nggak pernah cerita ya?” Tanya Bu Anggun,
Arini menggeleng.
“Berarti, Fathan sepupu Arini dong, Mam?”
“Fathan, siapa dia?”
“Anaknya Tante Arnita yang satu kampus sama Arini,
Mam.”
“Ooh .... “
“Tapi kenapa Bang Abi minta Arini untuk menjauhi
Fathan ya, Mam. Kita’kan bersaudara.”
“Mungkin Abi takut, kalau kamu dekat dengan Fathan
maka kakekmu, Ayah dari Ayahmu, akan tahu keberadaanmu,
kamu tahukan cerita tentang sumpah kakekmu itu?”
“Iya, ya, Mam.”
“Mam, diajak Papah pulang,” tiba-tiba Abi muncul di
depan pintu. Bu Anggun berdiri dari duduknya.
Untuk melanjutkan jalan Ceritanya, Silahkan Klik Link atau Lihat Video di bawah ini.. ⬇️⬇️ https://youtu.be/NKiOusiJuEA