“A
rini... Arini Sayang, bangun, saatnya waktu sholat dzuhur.” Abi menggoyangkan bahu Arini.
“Enghhh... sudah dzuhur ya, Om?” Arini menguap.
Abi tertawa.
“Kamu ngiler Arini,” kata Abi sambil mengusap
sudut bibir Arini. Arini menggosok bibir dengan punggung
tangannya.
“Masa sih, Om. Om bohong nih,” rajuknya.
“Tuh, bantalmu basah bekas ilermu,” tunjuk Abi.
“Enghhh... jangan dikatakan, aku malu,” rajuk Arini
sambil meraih bantal bekas dipakainya tidur.
Cup....
Abi mengecup bibir Arini.
“Tidak apa-apa ileran, tetap manis kok rasanya,” gurau Abi.
Wajah Arini memerah karena malu.
“Ayolah kita sholat dzuhur dulu, setelah itu makan
siang.” Abi turun dari ranjang, lalu masuk ke kamar mandi.
Arini ke luar dari kamar Abi, ia masuk ke kamarnya
sendiri, untuk mandi, juga mengambil perlengkapan
sholatnya, dan berwudhu. Saat Arini ingin masuk kembali
ke dalam kamar Abi, ponsel Abi berdering. Abi menerima
panggilan telponnya. Arini menunggu di dekat pintu kamar
Abi.
“Nita.... “ gumam Abi.
“Hallo ada apa, Ta?”
“...”
“Siapa, Arnita wicaksana Effendi?”
“...”
“Ooh ya, buatkan janji untuk besok siang saja ya, Ta.”
“...”
“Ya, ya, besok saya sudah masuk kerja.”
“..”
“Ya, ya, terima kasih, Ta. Selamat siang.”
Abi meletakan ponselnya.
Arini masuk ke dalam kamar Abi. Ia berusaha bersikap
biasa saja, meski rasa penasaran bersarang di dalam
dadanya.
Untuk Melanjutkan Ceritanya, Silahkan Klik Link atau Lihat Video di Bawah ini... ⬇️⬇️ https://youtu.be/Gx9gQaOk_rU
0 comments