Arini menggigit bibirnya. Merasakan perih yang luar biasa. “Om.... “ rintihan kesakitan tidak tertahan, ke luar juga dari mulut Arini. Abi menurunkan kepala. Ia tenggelamkan rintihan Arini ke dalam lumatan bibirnya. Abi mulai menggerakan tubuhnya. Lama-lama rasa perih bercampur dengan rasa nikmat dirasakan oleh Arini. Tanpa disadarinya, tubuh Arini juga bergerak mengimbangi gerakan Abi. Napas mereka berpacu. Peluh mereka menjadi satu. “Om... aku... Om!” Pekik Arini tertahan. “Arini,” panggil Abi saat pendakian mereka sampai ke puncaknya bersamaan. Abi jatuh di atas tubuh Arini.
Napas mereka sama-sama memburu.
“Om ... turun, Om. Berat, lepaskan juga punya Om,
perih,” pinta Arini.
Abi melepaskan juniornya dari tubuh Arini, lalu
turun dari atas tubuh Arini. Ia berbaring miring di sisi
Arini. Diangkat kepala Arini agar rebah di atas lengannya.
Dikecupnya kening Arini.
“Terimakasih sudah memberikan yang terindah
buatku, Sayang,” bisik Abi.
“Om, sakit, perih, berdarah ya, Om, luka ya, Om.
Bagaimana mengobatinnya? Pake obat merah, atau
diapakam, Om. Biar cepet sembuh.... “ gumam Arini.
Abi ingin tertawa pekuan mendengar gumaman Arini.
“Obatnya cuma satu, Sayang,” jawab Abi.
Untuk melanjutkan ceritanya, Silahkan klik link atau lihat video di bawah ini... ⬇️⬇️ https://youtu.be/_-KAnaNP8Cw
0 comments