Abi memejamkan mata sesaat, begitu melihat pemandangan dari sesuatu yang menggantung indah di dada Arini. Juga merasakan bawah perut Arini yang menggesek lembut kulit perutnya. “Apa, Om yang menggantung?” Tanya Arini penasaran. Kedua tangan Abi meremas lembut buah dada Arini. “Buah yang menggantung dengan indah di batang pohon yang juga indah, Arini,” jawab Abi. “Buah dada maksud Om?” Tanya Arini bingung. Abi bangun dari rebahnya tanpa menurunkan Arini dari atas tubuhnya. Tubuh Arini hanya dimundurkan sedikit dari perutnya. Kepala Abi tenggelam di atas dada Arini. Tiba-tiba Arini terjengkit kaget, tubuhnya diangkatnya ke atas sedikit dari pangkuan Abi.
“Kenapa?” Tanya Abi.
“Ularnya, Om, bergerak-gerak, lapar barangkali ya, Om,” katanya polos.
Abi tidak dapat menahan tawa.
“Iya dia lapar, ingin makan kamu, Arini,” jawab Abi.
“Iih... Om genit!” Arini memukul bahu Abi dengan
bibir manyun.
“Arini harus tanggung jawab buat memberi dia
makan.”
“Enghhh... kok aku?” rajuk Arini manja.
“Kalau punya Arini masih sakit tidak usah dipaksa, ularnya cukup tahan kok puasa,” kata Abi pelan.
“Om bicaranya begitu terus, aku ingen sekali-sekali
Om itu yang memaksakan maunya Om ke aku,” protes Arini.
“Eeh, aku’kan sudah pernah katakan, untuk urusan
begini, seiklasnya Arini saja,” jawab Abi.
“Kalau begitu terus, aku jadi tidak bisa ngambek-ngambek manja, Om!” Seru Arini.
Untuk Melanjutkan Ceritanya, Silahkan Klik Link atau Lihat Video di Bawah ini... ⬇️⬇️ https://youtu.be/G8B2UPRRY8o
0 comments